Pentingkah Ospek Bagi Pembentukan Karakter Anak?

Pentingkah Ospek Bagi Pembentukan Karakter Anak?

Sebelum kita bahas bersama, mari satukan ide kita bersama. Apa itu? Ide kenapa kita hidup di dunia ini adalah untuk kebaikan dan cinta. Lakukan yang baik demi orang yang kita cintai, kita paham bumi sedang mengalami kerusakan. Jika kita tanamkan ide ini di kepala kita, maka kita akan melakukan yang terbaik bagi orang yang kita cintai, anak kita.

Kita ingin dia hidup di tempat yang nyaman dan sehat, bukan di kandang (seperti yang diberitakan media massa dan TV, 2 orang anak ditaruh dengan sengaja oleh orangtuanya di kandang).

Jika kita penghuni bumi yang waras maka kita tidak akan melakukan itu, justru memikirkan yang baik buat generasi mendatang, apakah anda setuju dengan ide ini? Umumnya setuju, hanya saja pelaksanaannya terkadang kurang dieksekusi dengan baik.

Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus), lagi menjadi perbincangan. Seru dan heboh, setiap tahun belakangan ini memakan korban. Kesannya di Indonesia Ospek kurang baik. Cenderung salah tempat, kenapa ditempat yang berpendidikan diawali dengan sesuatu yang tidak berpendidikan bahkan tidak ada kaitannya.

Apa sebenarnya ide baik dari ospek? Katanya pembentukan karakter (dari beberapa sumber yang kami baca), pembentukan karakter dibentuk dari kegiatan fisik yang berat dan melelahkan bahkan tidak diberi minum pada saat sangat membutuhkan, dibentak dan “siksaan ragawi”.

Bukankah hal ini justru dapat menimbulkan sakit hati dan ingin balas dendam, atau malah merusak harga diri, bahkan trauma sekolah? Pembentukan karakter yang terbentuk adalah karakter dendam, marah, rendah diri, mudah cemas dan pesimis (penakut).

Jika ada yang terbentuk keberaniannya hanyalah 10% dari populasi, itu pun paling banyak dan beraninya didasari sakit hati atau hal yang tidak sehat, bukan berani yang kesatria, bukankah banyak yang lebih berani mati daripada berani jujur?

Banyangkan jika anda ditaruh dikandang singa, apa perasaan anda? Takut. Tetapi tidak semua orang takut, ada beberapa kaum minoritas yang mungkin hanya sedikit orang yang bisa lepas dari ketakutan dan mengambil langkah cerdas mengatasi ketakutannya dan melangkah keluar dengan gesit dan berani. Bisa jadi orang ini jika ditelusuri dia banyak melewati rintangan hutan jika sekolah waktu smp, tetapi tidak semua anak mengalami hal yang sama bukan?

Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) dari nama dan kepanjangannya saja seharusnya tidak berhubungan dan berujung pada sengsara. Ospek sebenarnya adalah sebuah masa orientasi, masa pengenalan. Pengenalan seseorang di lingkungan yang relatif baru. Seseorang yang masih bingung kanan dan kiri.

Seseorang yang butuh orang lain yang telah lebih dulu paham dan mengerti dunia baru yang akan diamasuki itu seperti apa. Dengan konsep “fun and learning”, bukan tugas dengan membawa telur dengan kuning yang terbelah, atau ikan goreng berkepala kucing, atau roti berbahan tepung dan semen, membawa pakaian ala hula-hula, yang laki-laki jadi perempuan dan sebaliknya. Lalu ada yang komentar “ini kreativitas”, kreativitas dalam dunia pendidikan selalu membawa dampak perbaikan hidup, bukan pembodohan hidup.

Kita semua ingin sukses bukan? Apakah ada yang bercita-cita gagal dalam kehidupan ini? Kita sekolah, inginnya sukses dan berhasil di sekolah serta di kehidupan setelah sekolah. Kami akan bagikan sedikit penelitian dari Thomas J. Stanley.

Sukses secara umum ukurannya hanya 3. Apa itu? Populer (terkenal), Produktif (menghasilkan dan menciptakan sesuatu) dan Materi (kekayaan). Penuhi salah satu maka anda bisa disebut sukses.

Pada tahun 1999, Thomas J. Stanley melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan materi (uang), hanya orang yang punya kekayaan $1 juta dollar (sekitar 13 miliar rupiah) yang dapat diteliti dan mengikuti penelitian yang diadakan oleh beliau.

Penelitian ini diikuti sekitar 800 orang lebih, dan ditemukan faktor pembentuk sukses orang yang meiliki uang sebanyak $1 juta dollar. Ada 30 aspek, tetapi kita akan belajar dari 5 hal saja, kelima hal tersebut adalah:

  1. Bersikap jujur kepada semua orang
  2. Mempunyai disiplin yang baik
  3. Pintar bergaul
  4. Mempunyai pasangan hidup yang mendukung
  5. Bekerja lebih keras daripada orang lain

Ini adalah penjelasan yang mudah, jika anda mau generasi tercinta dibawah kita sukses maka tanamkan kelima hal tersebut. Tidak usah melenceng jauh, bukankah setiap sukses meninggalkan jejak.

Tidak perlu mengatasnamakan atau demi “kreativitas” yang ujung-ujungnya hanya pelecehan semata dan merusak harga diri peserta didik. Jika ingin membuat permainan, buatlah permainan yang sehat dan didasarkan pada fondasi suskses yang telah teruji.

Kelak setelah menyelesaikan kehidupan pendidikan mereka di bangku sekolah dan kuliah, mereka akan hidup di satu masa yang berbeda sama sekali dengan dunia mereka sebelumnya, dan mereka umumnya masih harus belajar dan beradaptasi dengan waktu yang cukup panjang, pikirkan itu.

Persiapkan mereka setelah mereka selesai di kehidupan pendidikan mereka akan masuk di dunia yang mungkin tidak ada pengenalan seperti di sekolah yang ada masa orientasinya. Adalah baik jika pendidikan menyiapkan itu secara serius dan nyata, walau kita tahu slogan-slogan pendidikan adalah mempersiapkan generasi yang siap di jamannya.

Kenyataanya di pertengahan Desember 2013 kami mendapat berita di headline salah satu surat kabar terkenal, bahwa terdapat pengangguran lebih dari 10.000 orang (terdidik) di satu propinsi dimana di propinsi tersebut ada lebih dari 1200 perusahaan. Alasannya adalah karena potensi dan kulaitasnya tidak siap, mengenaskan bukan?

Ada baiknya kita berkaca dari fakta nyata ini, gunakan masa orientasi dan ospek dengan benar, membangun sesuatu yang bermanfaat kelak. Tunjukan bagaimana belajar tentang jujur, disiplin, bersosialisasi dan komitmen terhadap tugas dalam sikap nyata mereka, bukan hanya teori. Mereka perlu merasakan dan melakukan itu.

Nah dalam porsi ini gunakan kreativitaskita sebagai pendidik untuk memunculkan perilaku tersebut, inilah kreativitas yang membangun dan memperdayakan peserta didik.

Seandainya rumusan sederhana ini diterapkan di setiap institusi pendidikan di Indonesia, maka generasi kelak yang akan menduduki Indonesia adalah generasi yang berkelimpahan dan generasi yang masyur di mata dunia.

Apakah anda memiliki ide yang baik buat mereka yang tercinta? Mulailah dari sekitar, perlakukan setiap orang dengan baik dan itu akan baik bagi generasi mendatang.

Semoga bermanfaat.

Ingin tahu tipe kepribadian anda? Yuk coba tes kepribadian ini GRATIS!

Baca: Anak Pelengkap Derita Orangtua


7 Comments on “Pentingkah Ospek Bagi Pembentukan Karakter Anak?”

  1. Saya setuju pak, saya sendiri merasakan bahwa ospek di indonesia hanya tekanan batin saja oleh kakak senior. Dengana alasan mereka melatih mental, tetapi menurut saya tidak semua orang mempunyai mental yang kuat. Tidak sepeti ospek di luar negeri, meraka ospek dengan di didik untuk brani berbicara di depan, senang, dan tidak ada tekanan.

  2. Sebetulnya di Indonesia sendiri tidak semuanya seperti itu, ada kampus yang melakukan MOS atau ospeknya seperti di luar negeri yang dinamakan FRESH WEEK.

    • Bicara masalah karakter adalah berbicara jiwa, jiwa akan terasa aman dan nyaman jika kemasan kepribadianya di bentuk hal yang positif, tidak hanya pekerjaan yang dlakukanpun selalu tuntas. itulah karakter jika terbentuk dalam lingkungan dan wadah yang tepat. Terima kasih.

  3. Salam. Saya sepakat dengan komentar maimanah, seringkali Ospek disalahgunakan. Bukannya pendidikan karakter pemenang, malah jadi pendidikan karakter oppressor (tiran).

Comments are closed.