Banyak orang tua mengeluh dan mengatakan bahwa membesarkan anak laki-laki lebih sulit daripada anak perempuan. Namun, tidak sedikit pula kaum ibu yang mengatakan bahwa justru membesarkan anak perempuan lebih sulit daripada anak laki-laki. Anak laki-laki itu praktis, anak perempuan itu ribet. Manakah yang benar?
Pada dasarnya, mendidik anak laki-laki dan perempuan bukan perkara mana yang lebih sulit, melainkan perbedaan dalam cara menangani dan membesarkannya. Apabila kita sudah tahu kuncinya maka tidak ada yang sulit dalam menangani dan membesarkan anak laki-laki atau perempuan.
Sebenarnya apa yang membuat anak laki-laki dan perempuan itu berbeda? Apakah perlakuan kita kepada mereka yang pada akhirnya akan membuat mereka berbeda? Terhadap anak perempuan, biasanya kita berlaku lebih halus, bicara lebih santun, dan tidak gampang berperilaku kasar.
Sementara terhadap anak laki-laki, kita bisa saja begitu bertemu langsung “tos”, bicara sambil teriak, menepuk-nepuk bahu atau sentuhan fisik yang bersahabat. Mungkinkah perbedaan perlakuan ini yang lalu menjadikan mereka berbeda, atau barangkali karena memang pada dasarnya mereka sudah berbeda?
Berdasarkan kajian riset yang dilakukan oleh para pakar, termasuk riset yang dilakukan oleh UNICEF (badan PBB yang bertugas mengurusi masalah anak-anak) sebetulnya kita tidak bisa mengelak dari fakta bahwa membesarkan anak laki-laki cenderung lebih sulit daripada perempuan.
Anak laki-laki memiliki problem kesulitan belajar lima kali lebih besar daripada anak perempuan dan problem perilaku di sekolah sepuluh kali lebih besar dibandingkan anak perempuan.
Sementara, penyelidikan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pria dewasa terlibat empat kali lipat angka kecelakaan lebih banyak daripada wanita, demikian pula banyak hasil penelitian mengatakan bahwa laki-laki cenderung lebih ceroboh dibandingkan wanita.
Baiklah mari kita perhatikan terlebih dulu proses perkembangan anak saat baru dilahirkan. Pada tahap-tahap awal kelahiran sebenarnya tidak ada perbedaan mencolok antara bayi laki-laki dan bayi perempuan, baik dalam hal fisik, tingkah laku (misalnya, sama-sama menangis kalau lapar, atau mengompol) begitu pula cara belajar berjalannya pun juga sama.
Cara mereka menghadapi sesuatu tampaknya juga sama, tetapi sistem hormon dan perkembangan otak yang terjadi di dalam kepala mereka berbeda. Perbedaan inilah yang akan menentukan tingkah laku mereka nantinya.
Hormon ini akan memengaruhi pembentukan sel-sel otak. Hormon testosteron pada anak laki-laki cenderung lebih dominan, sedangkan pada anak perempuan hormon estrogenlah yang cenderung lebih dominan.
Itulah yang umum terjadi, sehingga bila ada anak perempuan yang memiliki hormon testosteron lebih dominan maka ia akan menjadi anak perempuan yang sifatnya kelaki-lakian atau sering diistilahkan dengan tomboy.
Sementara, bila ada anak laki-laki yang hormon estrogennya lebih banyak maka dia akan menjadi anak laki-laki yang bersifat halus, yang biasa diistilahkan sebagai keperempuan-perempuanan atau “melambai”. Namun, kita tidak akan membahas kedua pengecualian tersebut.
Apa pengaruh hormon tersebut dalam perkembangan anak laki dan anak perempuan? Pada anak laki-laki, hormon testosteron memengaruhi mereka dalam setiap tingkat perkembangannya. Hormon inilah yang memberikan dorongan untuk bertumbuh lebih aktif, yang membuat mereka suka sesuatu yang sifatnya menantang, suka kompetisi.
Namun, mereka juga memerlukan pedoman yang kuat serta lingkungan yang aman dan teratur sehingga pengaruh dari hormon ini tidak mengarah ke perkembangan yang buruk dan tumbuh menjadi laki-laki yang semaunya sendiri, susah menuruti peraturan, dan sebagainya.
Peran orang tua disini sangat penting, dibutuhkan konsistensi orang tua untuk mendisiplinkan anak untuk mengimbangi hormon testosteron yang jumlahnya sangat besar dalam diri anak laki-laki.
Hormon ini juga memberi pengaruh dalam pembentukan jaringan otak. Pada tahap awal kelahiran, jaringan otak di kiri berkembang lebih cepat daripada otak kanan. Hormon testosteron memperparah hal ini dengan menghambat perkembangan di otak kiri.
Hormon estrogen yang dominan dalam anak perempuan justru membantu mempercepat pertumbuhan sel-sel otak sehingga koneksi antara otak kiri dan otak kanan yang melalui Corpus Colosum (jembatan untuk menghubungkan belahan otak kiri dan otak kanan) lebih cepat terjadi dan otak kirinya berkembang jauh lebih cepat.
Pada anak laki-laki, karena sisi kirinya belum siap (terhambat oleh hormon) akhirnya sel otak dari kanan berbalik lagi ke tempatnya semula karena dia tidak menjumpai sesuatu di belahan kiri. Itulah mengapa terjadi hubungan yang jauh lebih kaya di belahan otak kanan pada anak laki-laki.
Dengan kata lain, otak kanan anak laki-laki jauh lebih berkembang, sementara pada anak perempuan hubungan antara otak kanan dan kirinya lebih seimbang. Inilah yang menjawab mengapa anak laki-laki lebih mudah belajar mengenai bangun ruang karena mereka lebih cepat membentuk imajinasi.
Itulah pula sebabnya, mengapa kebanyakan ahli teknik adalah laki-laki. Karena pada saat membongkar mesin mobil misalnya, pekerjaan itu akan terasa begitu rumit bagi seorang perempuan, seperti membongkar mesin dan kemudian memasangnya lagi kembali dengan tepat dan presisi, hingga ke baut-baut yang sangat kecil.
Meski demikian, secara kematangan psikologis banyak pendapat mengatakan bahwa perkembangan anak perempuan lebih cepat “dewasa” daripada anak laki-laki. Hal ini terjadi karena hubungan antar sisi otak pada perempuan jauh lebih bagus, lebih sinkron, dan lebih cepat seimbang dibanding laki-laki, yang umumnya baru terjadi ketika mereka mulai menginjak usia sekitar 12-13 tahun.
Oleh karena itu, beberapa pakar menyarankan untuk masuk SD sebaiknya anak laki-laki lebih lambat satu tahun, menunggu perkembangannya lebih bagus. Sebelum masa itu tercapai, anak laki-laki masih senang dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan motorik kasar sehingga kebanyakan anak laki-laki di kelas 1 SD masih susah mengontrol dirinya, cenderung lebih suka menggerakkan anggota tubuhnya karena dorongan alamiahnya.
Namun sesuai perkembangan zaman, teknologi pembelajaran saat ini sudah lebih canggih dan dapat memanipulasi kondisi tersebut sehingga anak laki-laki bisa tetap berada di kelas dengan baik.
Perbedaan ini pulalah yang akhirnya menjelaskan mengapa perempuan yang menderita stroke lebih cepat pulih daripada laki-laki. Perempuan dapat mengaktifkan jalan tambahan ke belahan sisi otak lainnya untuk menggantikan bagian otak yang rusak dengan lebih cepat.
Jika kita mempunyai seorang anak perempuan yang mengalami kesulitan belajar, umumnya masalah itu akan lebih cepat teratasi ketika kita mencarikannya guru les untuk memberikan pelajaran tambahan, dibandingkan bila masalah yang sama dialami oleh seorang anak laki-laki. Sekali lagi, kemampuan untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan itulah yang menyebabkannya.
Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak laki-laki lebih rentan terhadap masalah-masalah yang dikarenakan kerusakan otak pada saat lahir. Barangkali hal ini menjelaskan mengapa jumlah anak laki-laki yang mengalami kesulitan belajar dan masalah-masalah mental lainnya seperti autis dan hiperaktif lebih banyak daripada anak perempuan.
Seorang ahli syaraf Dr. Jeany Heresty, melalui risetnya menemukan bahwa dalam otak perempuan, bagian yang dikhususkan untuk menangani bahasa, secara proporsional lebih besar 20-30% dibanding pada anak laki-laki. Bahasa adalah “main tools” atau alat untuk mengembangkan kecakapan berpikir.
Saat kita mau mempelajari apa pun pasti butuh bahasa. Belajar sains, sejarah, agama, matematika, dan lain-lain, semuanya butuh bahasa yang baik. Dengan begitu, anak yang kemampuan bahasanya tidak berkembang bagus maka ia akan mengalami masalah di sekolah.
Ada suatu mitos yang mengatakan bahwa anak perempuan lebih cepat belajar bicara daripada anak laki-laki, dan itu memang ada benarnya. Di sekolah, anak perempuan akan lebih gampang diajari daripada anak laki-laki.
Coba saja kita perhatikan murid-murid di kelas 1 dan 2 SD. Kita bisa melihat bagaimana guru setengah mati mengajar murid laki-laki, mereka butuh energi lebih besar. Mengapa? Karena murid laki-laki cenderung bergerak, sedangkan murid perempuan cenderung lebih siap untuk belajar.
Untuk itu, jika kita telah mengetahui fakta-fakta seperti ini, kita bisa mencegah timbulnya problem-problem yang akan muncul di kemudian hari, seperti kesulitan belajar dan penanganan perilaku.
Kita pun kini dapat melakukan langkah-langkah pencegahan sehingga ketika anak laki-laki kita berkembang melewati fase-fase tadi maka mereka sudah terarah energinya untuk hal-hal yang positif, yang diperlukan olehnya saat menginjak tahap perkembangan berikutnya.
Semoga bermanfaat.
Ingin tahu tipe kepribadian anda? Yuk coba tes kepribadian ini GRATIS!
