Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara

Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara

Jika anda mempunyai anak tunggal tentu tidak akan mengalami masalah ini. Tetapi jika anda mempunyai 2 orang anak atau bahkan lebih, maka ini adalah sesuatu yang bisa membuat kepala anda pusing, bahkan mungkin bisa membuat anda histeris.

Banyak orangtua sering mengeluhkan, “Saya tidak habis pikir dia itu bisa mengirikan kakaknya?” atau “Bagaimana dia bisa mengirikan adiknya? Kan saya sudah berlaku adil terhadap mereka.” Ungkap orangtua pada umumnya.

Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan masalah ini? Persaingan antar saudara mau tidak mau pasti terjadi. Ini adalah sebuah masalah untuk menunjukkan jati diri dari masing-masing anak. Setiap manusia bahkan anak-anak ingin dirinya dianggap sebagai sosok individu yang spesial. Inilah yang terjadi pada anak-anak kita.

Misalkan, seorang kakak dipuji karena ia pandai menggambar atau pandai berhitung. Nah, si adik tentunya juga ingin dipuji, tetapi bukan terhadap hal yang sama mungkin. Mungkin ia akan merasa “Saya tidak mungkin bersaing disitu karena kakak saya lebih bagus” atau “Adik saya lebih bagus.” Maka ia akan mencari bidang yang lain.

Jika anda tidak tanggap terhadap hal ini, inilah yang akan memicu persaingan itu menjadi semakin sengit. Seringkali orangtua mengatakan “Aduh hebatnya kamu.” Nah, ketika ia mengatakan ini di depan adik atau kakaknya, maka adik atau kakak tersebut bisa jadi akan merasa tersinggung “Kenapa dia yang dipuji, kok bukan saya.” Bagaimana mengatasi hal ini?

Sebenarnya sederhana sekali, misalkan anda berhadapan dengan anak nomor 1 dan anda ingin memuji dia. Anda bisa mengatakan seperti ini “Wah, hebat nih bagus sekali gambar kamu, sama ya seperti juga gambar adik.” Anda memuji anak anda yang nomor 1, tetapi anda juga memuji adiknya.

Atau sebaliknya anda berhadapan dengan anak anda yang nomor 2, dan di dekatnya ada anak nomor 1. Anda mengatakan “Nah, ini nih baru anak mama hebat sama seperti kakaknya.” Kebanyakan yang dilakukan para orangtua adalah memuji secara personal anak yang bersangkutan.

Misalkan seorang adik bisa menyelesaikan sebuah tugas dengan baik, kebanyakan orangtua langsung memujinya “Nah, begitu hebat”. Jika anak anda yang pertama diam, bukan berarti dia tidak punya perasaan apapun disana. Jika ini sering terjadi dibawah sadarnya dia akan merasa bahwa “Mama hanya sayan dengan adik, bukan dengan saya.”

Hal ini bisa terjadi, jadi berhati-hatilah terhadap hal tersebut. Jika anda ingin memuji dan ada anak lain disana, pastikan memuji anak tersebut secara tidak langsung. Jika tidak ada anak lainnya anda boleh sampaikan pujian anda secara personal pada anak tersebut.

Masalah yang lain adalah karena kurangnya waktu pribadi dengan masing-masing anak. Suatu hari pada saat selesai sebuah seminar, seorang bapak menghampiri saya dan mengatakan bahwa dia punya permasalahan untuk mengatasi persaingan antara anak-anaknya. Dia punya 2 orang anak dan dia mengatakan bahwa dia sudah bersikap adil kepada mereka semua. Bahkan mereka selalu keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga, tetapi mengapa hal ini masih bisa terjadi.

Kemudian saya bertanya pada sang bapak ini. “Pak, apakah bapak pernah mengajak salah seorang anak saja untuk pergi keluar bersama bapak sendiri? Atau mungkin bersama bapak dan ibu?” Jawabnya “Itu tidak pernah terjadi selama 13 tahun saya menikah dan berkeluarga. Kita selalu pergi bersama-sama.” Nah, inilah masalahnya “Loh, kok bisa?” Kata bapak itu terkejut.

Mungkin anda bisa juga mengatakan “Bukankah itu juga hal yang bagus? Keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Bukankah itu menjalin sebuah kebersamaan?” Ya, itu memang menjalin sebuah kebersamaan, tetapi anak anda juga memerlukan sesuatu yang lain lagi. Dia ingin dianggap sebagai individu yang spesial.

Ketika anda keluar hanya dengan salah satu anak saja, katakanlah dengan anak nomor 1 saja kali ini, maka dia akan merasa bahwa dirinya spesial. Ia akan merasa bahwa dirinya adalah yang diperhatikan untuk saat itu. Lain kali ketika anda keluar dengan anak nomor 2 saja, dan dia akan merasa bahwa dia juga diperhatikan.

Karena sebagai anak nomor 2, hal yang yang sering terjadi adalah dia akan selau merasa sebagai nomor 2, karena memang itulah kenyataannya. Dia tidak akan pernah merasakan kapan jadi nomor 1. Nah, sampai dia tua pun si kakak pasti menjadi nomor 1 dan ia jadi nomor 2, bukankah seperti itu.

Karena itu anda perlu mengantisipasi perasaan ini, dengan cara menjadikannya nomor 1 pada satu waktu tertentu. Ajaklah dia keluar, istimewakan dia, buat dia merasa bahwa dirinya nomor 1. Imbangi dengan sebuah nasihat bahwa kakaknya juga penting.

Katakan kepada anak anda yang nomor 2, misalkan pada saat anda mungkin mengajaknya makan di luar, “Bagaimana kalau kita belikan kakak makanan kesukaanya?” Disini anda membuatnya merasa penting, tetapi anda juga membuatnya untuk mempunyai rasa perduli pada saudaranya sendiri.

Nah, itu adalah hal-hal yang kecil yang dapat anda lakukan, agar persaingan-persaingan seperti ini tidak mencuat menjadi sebuah isu yang panas di dalam keluarga. Lakukan hal ini sejak mereka masih kecil.

“Bagaimana kalau anak saya sudah besar?” Anda masih punya waktu untuk melakukannya sekarang. Perbaiki semuanya dan anda akan melihat hubungan mereka akan jauh lebih baik lagi, dan sebagai sebuah keluarga akan sangat kokoh dan sangat kuat.

Semoga bermanfaat.

Ingin tahu tipe kepribadian anda? Yuk coba tes kepribadian ini GRATIS!

Baca: Bisakah Hypnosis Mengubah Karakter Anak?


9 Comments on “Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara”

  1. Saya bukan orang tua disini, melainkan anaknya. Saya punya adik, yang mungkin tidak akan pernah akur lagi sama saya. Dia selalu bertolak belakang dengan apa yang saya lakukan. Dia selalu ingin saya salah. Dia selalu ingin saya kalah. Dia tidak mau melihat saya tersenyum. Dia menganggap saya ini orang bodoh yang suka mengatur, egois dan keras kepala. Saya sudah tidak bisa menahan sakit hati ini karena ayah dan ibu sering keluar. Ketika saya mencoba memberitahu kepada orangtua saya atas apa yang adik saya lakukan, adik saya selalu membela dirinya bahwa dia tidak melakukan itu. Mungkin hanya masalah kecil, tetapi dia kasar sekali kepada saya. Saya sering dipukul, ditendang, diberi kata-kata kasar, dan diteriaki. Saya sudah lelah menghadapi hal seperti ini karena saya sudah berusaha untuk memberitahu orangtua agar saya bisa tahu apa yang harus dilakukan namun gagal terus. Bisa berikan jawaban? Maklum saya bocah.

  2. Saya punya 3 anak, yang pertama kelas 3 SD, kedua masih TK dan yang ketiga 1 tahun. Semakin kesini yang kedua cari perhatian terus, entah mengganggu kakaknya atau adiknya sampai menangis. Apakah yang harus saya lakukan terhadap anak yang kedua? Kadang emosi saya naik terus.

    Terima kasih.

    • Berikan perhatian, seperti anda bilang mencari perhatian maka berikan perhatian. Anak tidak tahu cara mencari perhatian yang baik dan benar, maka segala cara yang menurutnya bisa menarik perhatian anda akan dia gunakan.

  3. Saya punya dua anak, yang pertama cowo dan yang kedua cewe. Sifat mereka sangat bertolak belakang, justru yang cewe lebih dominan dalam segala hal. Padahal kami sudah merasa berbuat adil kepada keduanya. Usia anak kami berbeda dua tahun, yang pertama umur lima tahun dan yang kedua tiga tahun.
    Saya benar-benar bingung bagaimana membuat mereka bisa saling membutuhkan, saling merasa nyaman satu sama lain dan tidak saling iri?

  4. Saya mau nanya, anak saya 2 yang pertama cewek umur 2 tahun, yang kedua cowok umur 6 bulan, yang ingin saya tanyakan:
    Setiap hari kakaknya ada saja tingkahnya untuk membuat adiknya menangis, entah mencubit, memukul pakai tangan, atau menendang adiknya. Padahal sering juga mereka saya puji bersama-sama dan gantian saya ajak keluar bersama bundanya dan sesekali dua-duanya saya ajak keluar utk jalan-jalan.

    Bagaimana cara mengatasi tingkah kakak kepada adiknya? Mohon pencerahan
    Terima kasih

    • Gunakan kalimat langsung untuk menasehatinya, tatap matanya, sentuh pundaknya dan katakan, misal: makin hari kamu makin sayang sama adik, tangan untuk sayang adik ya. Lakukan itu berulang-ulang.

Comments are closed.