3 Misteri Dibalik Nilai Anak Yang Hancur

3 Misteri Dibalik Nilai Anak Yang Hancur

Berikut ini adalah artikel yang berfokus pada pola dan masalah belajar anak. Banyak sekali pertanyaan tentang hal ini yang muncul di website kami, berkaitan mengenai masalah belajar anak. Kita akan memahami dan belajar tentang faktor psikologis mengapa anak bermasalah dengan nilai di sekolah.

Sebelum kita lebih jauh berinteraksi, pahami bahwa nilai atau angka (simbol) bukan satu-satunya penentu kesuksesan anak kelak di masa depan. Semua yang dialami saat dia sekolah akan banyak yang tidak digunakan kelak, jadi model pendidikan apa yang akan digunakan seorang anak hingga dia dewasa dan dapat diwariskan? Ya, didiklah karakternya dan tanamkan kesuksesan sejak awal di ladang karakternya.

Mengapa seorang anak ketika belajar di rumah bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah juga bisa, bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga bisa, meskipun soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek. Nah, apakah anda pernah punya masalah seperti ini?

Anda yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak anda yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tetapi ketika ulangan ternyata ulangannya dapat nilai jelek.

Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin anda bisa memakluminya, tetapi jika ini terjadi berulang kali, anda pasti mulai jengkel pada anak anda. Bahkan bisa jadi anda frustasi dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negatif.

Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa sewaktu mengerjakan soal di rumah dan kemudian gagal waktu dia ulangan. Untuk hal-hal yang sama dan itu berulang kali, maka ada tiga hal yang perlu anda waspadai:

1. Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami kecemasan yang tersembunyi

Anda pasti bertanya tidak mungkin, Dia cemas dari mana? Kenapa dia cemas? Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak faktor. Ya, bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari kita orangtua atau mungkin bahkan dari gurunya.

Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kualitas optimalnya. Sehingga ketika ulangan, yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa memenuhi tutuntan dari si orangtua. Atau tuntutan dari gurunya mungkin.

Nah anda tahu, ketika cemas maka kita tidak bisa berpikir secara jernih. Anda tentu pernah mengalaminya bukan? Ketika anda sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi, atau keharusan untuk menguasai sesuatu.

Ketika mereka merasa tidak mampu, kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba blank, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda pada saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah mempelajari hal tersebut.

Nah, ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi anda harus mengumpulkan lembar jawaban, dan waktunya habis. Oke, makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa.

Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita “Ahh..” kenapa tidak dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada diri anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?

Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan – tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya, kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tetapi begitu nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka.

“Kenapa sih nilai kamu jelek?” Jarang sekali ada orangtua yang mengatakan, “Mama bisa memahami kamu nak, apa yang mama bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi?” Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek tentunya. Tetapi kenyataan yang dihadapi lain.

Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, “Aduh kalau nilai saya jelek lagi saya pasti dimarahi, saya pasti mengecewakan mama”.

Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan taku kepada mamanya, “Kenapa takut?” Tanya mamanya. “Saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek.” Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD.

Nah, dari kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “Mama tidak masalah dengan nilaimu.” Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orangtua hanya mengatakan, “Tidak, nilai berapapun tidak masalah kok.” Tetapi ternyata itu hanya di mulut saja, kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orangtua yang terlalu tinggi.

Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenarnya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah bisa atau belum.

Berbahagialah ketika nilai anak anda jelek. Karena apa? Sekarang anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau bodoh.

2. Sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang pernah diterima anak

Misalnya, ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita sebagai orangtua marah-marah, dan bahkan mungkin menghukumnya. Harus berdiri di pojok, tidak boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu.

Nah ketika dia menerima perlakuan itu, maka perlakuan itu akan membekas di ingatannya. Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan, yang dia lihat di lembar soalnya bukan soal ujian, tetapi wajah orangtuanya yang sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya.

Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orangtua yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang mempermalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya jelek.

Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda perlu segera minta maaf pada anak anda. Anda cukup mengatakan, “Beberapa hari yang lalu waktu ulangan kamu jelek, dan kemudian mama marah, bagaimana perasaanmu?” Apapun yang dijawab oleh anak anda terima apa adanya.

Misalkan dia menjawab, takut atau merasa ini itu, apapun itu anda hanya perlu menjawab “Oke maaf, mungkin saat itu mama terlalu berlebihan.Atau mungkin saat itu mama lepas kontrol sehingga memarahi kamu terlalu dalam. Tetapi sebenernya maksud mama sangat baik. Apakah kamu mau memaafkan mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya bersama-sama. Kamu pasti ingin nilai kamu baik juga kan?”

Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih saying dan untuk di terima apa adanya.

3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkualitas.

Mungkin anda bertanya, “Ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya”. Betul, saya percaya dan yakin bahwa setiap orangtua pasti memperhatikan anaknya. Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah perhatian yang berkualitas.

Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan cuma memperhatikan tugas-tugas yang harus dia selesaikan. Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas–tugas yang harus diselesaikan oleh seorang anak.

Kita hanya memperhatikan sudah mengerjakan PR atau belum? Sudah belajar atau belum? Besok kalau ulangan sudah mempersiapkan alat tulisnya? Buku sudah disiapkan belum? Kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si anak. Padahal yang jauh lebih dibutuhkan seorang anak adalah perhatian akan perasaan-perasaannya sehingga dia benar-benar diterima secara utuh oleh orangtuanya.

Anda bisa memberikan perhatian berkualitas ini dengan lebih baik, dengan cara membaca artikel Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak. Itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkualitas pada anak anda.

Semoga bermanfaat.

Ingin tahu tipe kepribadian anda? Yuk coba tes kepribadian ini GRATIS!

Baca: Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter


56 Comments on “3 Misteri Dibalik Nilai Anak Yang Hancur”

  1. Ketika saya menghadapi ujian selalu saja saya menjadi gemetaran dan takut akan ujian itu. Lantaran ujian tiba-tiba saja saya menjadi blank. Begitu pula saat berdiri di depan umum, semuanya mejadi buyar. Padahal semuanya saya sudah pahami dan hapal dengan baik. Kira-kira bagaimana solusinya?

    • Anda perlu melakukan persiapan terhadap ujian itu lebih baik, saat melakukan persiapan yang baik maka perasaan tersebut akan hilang. Takut adalah emosi dimana itu mengganggu jika anda tidak siap dengan ujian. Lakukan persiapan dengan baik, maka respon anda terhadap ujian juga baik.

  2. Saya mau bertanya, kenapa setiap saya belajar selalu tidak konsentrasi (selalu kepikiran game) dan setiap saya membaca buku selalu bosan (kepikiran main). Terus terang saya tidak bisa lepas dari gadget saya. Sebelumnya saya bermain game di HP, malah ketagihan dan selalu kepikiran. Bagaimana cara mengatasinya? Terima kasih

  3. Saya mau bertanya, semenjak SD dari kelas 1-6 saya selalu mendapatkan ranking 1, dan NEM tertinggi di sekolah tetapi pada saat semester 1 kemarin di SMP nilai saya cukup baik dan mendapatkan ranking 2. Tetapi di semester 2 ini nilai saya agak menurun dari biasanya karena salah “taktik”. Sebenarnya saya melakukan taktik tersebut agar saya enjoy, tetapi ternyata dengan saya melakukan itu nilai saya menurun di UKK kali ini dan saya takut raport saya tidak sebagus kemarin. Perasaan saya sampai sekarang masih dihantui rasa takut padahal dulu saya menganggapnya itu hal biasa yang dialami seseorang (penurunan), tetapi saya sekarang berasa stress dan tidak enak hatinya, takut ranking turun jauh. Sekarang apa yang harus saya lakukan agar tenang? Karena tidak biasanya saya mengalami penurunan seperti ini.

    Terima kasih.

    • Nilai turun jauh karena salah taktik, itu artinya anda sadar. Maka untuk nilai bertahan anda perlu taktik yang lebih baik. Untuk bertahan anda perlu Karakter yang baik (tetap menjaga disiplin dan tekun). Supaya tenang maka sebaiknya anda menerima saja, proses menerima jauh akan membuat tubuh ini tenang dari pada menolak seseuatu yang merupakan akibat perbuatan kita.

  4. Orangtua harus sering memperhatikan perkembangan anak di sekolah apalagi anak yang baru memulai sekolah masih perlu bimbingan dan perhatian yang extra. Jangan sampai karena kurang perhatin orangtua, anak menjadi setres sehingga membuat nilai menjadi hancur.

  5. Sebelumnya salam kenal kenal dulu pak.

    Saya mempunyai seorang anak laki-laki berumur 8 tahun. Sebenarnya dia cukup pintar, dia harapan saya dan di sekolah prestasinya juga bagus, sehingga dia bisa mewakili sekolahnya mengikuti lomba. Tetapi akhir-akhir ini saya dibikin kesel, anaknya jelas-jelas seperti menentang. Ulangannya sudah 2 kali tidak diberi nama, dan jawaban untuk pilihan ganda sengaja disalahin. Misalnya yang benar rukun malah dia jawab bertengkar, padahal mudah sekali. Untuk matematika, saya suruh corat-coret malah kertasnya bersih, padahal maksudnya suapaya lebih teliti. Memang sih nilainya masih bagus, saya potong uang jajannya malah dia bilang tidak diberi uang jajan juga tidak apa-apa, malah menantang. Bagaimana ya pak? Saya prihatin ini, mengingat umurnya baru 8 tahun.

  6. Setiap orang pasti memiliki tekanan, bukan hanya anak-anak yang masih sekolah tetapi remaja yang sudah kuliah juga demikian ketika seseorang mengalami tekanan. Ketika mereka harus menanggung beban pikiran itu cendiri dan tidak ada tempat mencurahkan perasaannya, tentu tekanan itu akan menjadi masalah dalam pendidikan. Orangtua atau kakaknya harus punya perhatian kepada anak dan saudaranya.

  7. Artikel yang cukup jelas dan membuat para orangtua mengerti apa yang harus dilakukan supaya tidak “menyakiti” anak-anak mereka dengan mengatasnamakan “cinta”. Pak Timothy apakah saya boleh bertanya? Cuma agak private.

    Terima kasih.

  8. Aku mempunyai anak laki-laki kelas 4 SD 9 tahun. Di sekolah dia bisa mengerjakan tugasnya tetapi kalau di rumah jika mengerjakan PR selalu tidak bisa selalu dibantu oleh mamanya. Dan menurut saya dia tidak mengerti pelajaran di sekolah. Saya bingung karena dalam membantu mengerjakan PR selalu membuat saya emosi, akhirnya memarahi dan kadang kelepasan memukulnya.

    • Coba dibiarkan saja tetapi diberi pengertian, ajarkan dia bertanya kalau tidak mengerti ke gurunya. Tanyakan apakah dia perlu les pelajaran tambahan, memarahi anak saat belajar tidak membantu dia untuk paham akan materinya.

  9. Seorang anak sangat terbebani jika selalu diberi tugas, harus begini harus begitu. Mental seorang anak akan rusak jika sering dimarahi. Mereka sangat membutuhkan yang namanya perhatian dan juga refreshing. Supaya mereka tidak merasa takut, was-was. Supaya mereka dapat menjawab soal ujian dengan baik dan jika nilai ujian mereka jelek jangan dimarahi tetapi berilah nasehat. Karena hati seorang anak sangat lembut.

  10. Seandainya orang disekitar saya bisa mengerti hal ini.
    Sayangnya mereka mereka punya tekanan masing-masing.
    Saya cuma bisa simpan sendiri perasaan saya.

    Terima kasih atas perhatian anda kepada kami kaum pelajar yang tertekan.

    • Caranya sangat kompleks dan akan panjang jika dijelaskan disini. Yang bisa anda lakukan adalah membaca artikel di website kami (dan bebarapa sumber buku terkait). Dalam seminar, hal ini bisa dijelaskan dalam 8 jam untuk dasarnya saja.

  11. Saya mempunyai dua orang putra, yang pertama kelas 1 SD dan yang kedua masih TK. Saya punya masalah pada anak pertama saya ternyata nilai-nilai pelajaran di sekolahnya tidak bagus, setiap disuruh untuk belajar susah sekali padahal membaca saja masih belum lancar, saat ulangan banyak yang tidak dijawab atau kosong. Saya jadi bingung dan sedih bagaimana caranya agar dia bisa berubah menjadi lebih baik lagi, karena di sekolah pun dia jarang sekali mendapat nilai dari gurunya, karena tidak selesai mengerjakan tugas.

    Apalagi yang membuat saya tambah kesal dia sering sekali kehilangan buku atau alat tulisnya setiap habis pulang sekolah, kalau ditanya dia selalu menjawab “tidak tahu”. Padahal saya selalu mengecek semuanya, apakah hari ini dia dapat nilai atau tidak tetapi ternyata yang ada hanya tulisan yang tidak jelas dibukunya. Kalau ada PR dia tidak pernah bilang ke saya, jadi bisa dibilang anak yang sekolah tetapi saya yang repot ikut-ikutan sekolah. Saya mohon bantuan atau solusinya atas semua masalah ini, terima kasih.

    • Mungkin bagi anak anda sekolah adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, biasakan gunakan kata-kata positif tentang sekolah dan sugestikan itu saat tidur, misal “makin hari sekolah makin menyenangkan” dan lakukan itu berulang-ulang. Semoga bermanfaat.

  12. Maaf, saya mau bertanya. Apa yang harus dilakukan ketika saya (sebagai pelajar) mengalami penurun nilai yang drastis. Jujur, pada mulanya saya sangat ambisius dan semangat dalam menjalani hari untuk belajar. Tetapi semakin kesini ternyata nilai saya menjadi turun di saat saya sudah berada di titik yang saya telah capai. Kebetulan saat masa itu saya sangat berambisi untuk menjadi anak kelas unggulan. So, what should I do right now? Please give me solutions to wake me up.

    Terima kasih sebelumnya.

    • Kuncinya adalah disiplin, itu saja. Tidak perlu pintar untuk masuk kelas unggulan, yang dibutuhkan hanya disiplin. Sediakan waktu rutin setiap hari 45 menit untuk belajar dan kerjakan tugas (diluar 45 menit). Itu saja.

  13. Saya minta tolong solusinya, anak saya malas untuk belajar. Padhal dia sudah kelas 3 SD dan belakangan ini nilainya jatuh. Saya suka tanya sama guru di sekolahnya. Kata gurunya dia anak yang pintar, cuma tidak mau diam dan tidak fokus pada saat guru lagi memberu pelajaraan. Karena itu pelajarannya tidak masuk, dia cuma bisa diam hanya 5 menit kata gurunya. Bagaimana solusinya?

    • Bisa jadi dia stress, stress dalam arti ada hal yang dia pendam. Disini anda perlu belajar memahami perasaan anak dan permasalahhannya agar anda mudah membantu anak anda lepas dari tekanan yang ada di dalam dirinya.

  14. Saya seorang guru les privat, saya mempunyai 2 murid yang bermasalah. Yang pertama Salsa kelas 5 SD dan Vio kelas 2 SD, keduanya pindahan dari SD swasta dan sekarang pindah ke SD negeri. Saya tidak habis pikir, ada anak kelas 5 SD tidak bisa dan tidak hafal perkalian dan pembagian. Bahkan tambah-tambahan saja masih berpikir lama, misal 8+7 saja harus berpikir dulu. Sedangkan materi matematika yang akan. Dihadapi akan bertambah sulit seperti kpk dan fpb faktorisasi pecahan. Itu semua basicnya pada perkalian dan pembagian, tetapi Salsa tidak tahu sama sekali, bahkan 2:2 saja dia tidak tahu dan dia juga tidak mau belajar, malas belajar. Setiap saya beri les selalu bilang “aku malas” aku tidak mau! Saya bingung bagaimana caranya biar dia mau belajar dan yang pasti saya kecewa dengan sekolah swasta yang selama 5 tahun dia disana. Hasilnya NOTHINK, sekarang yang kelas 2 SD tulisannya tidak bisa kebaca, bahkan baca aja masih terbata-bata. Kasih tips ke saya dong bagaimana cara menghadapi anak seperti ini?

    • Tipsnya hanya satu, yaitu sabar dan perlakukan anak dengan persepsi yang berbeda. Maksudnya ubahlah cara berpikir dan cara pandang anda dalam menghadapi kasus ini. Pahami gaya belajar anak, tipe kepribadian anak sehingga anda bisa jauh lebih maksimal dalam hidupnya.

  15. Artikel pendidikankarakter.com sangat bermanfaat, saya mohon ijin copy artikelnya dan saya paste ke blog saya
    Terima kasih

  16. Saya single parent, punya masalah dengan anak laki-laki saya yang berumur 9 tahun kelas 4 SD. Dia selalu kehilangan semangat belajar, bagaimana cara saya memberinya semangat? Nilai-nilai yang didapat selalu jelek dan selalu remidi, selain itu dia gampang sekali menangis. Saya haruss bagaimana?

    • Mudahnya, upayakan anak dalam kondisi yang riang gembira pada saat belajar. Karena hal ini akan menghancurkan segala rintangan dalam belajar. Ingat tidak ada pelajaran yang membosankan, yang ada adalah proses belajar yang membosankan, bisa jadi dia stress (mengalami tekanan terhadap, guru, teman atau proses belajar itu sendiri). Pada saat dia tertekan belajar di rumah, break dahulu, beri snack, minuman segar atau pengertian anda. istirahat selama 15 menit mampu meningkatkan minatnya pada proses belajar.

  17. Ijin menyimak dan mengambil ilmunya mas. Terima kasih telah berbagi pengetahuan, semoga ini menjadi salah satu sarana penolong orangtua dan anak.

  18. Anak saya umur 6 tahun kelas 1 SD, gurunya mengeluh karena anak saya selalu tidak menyelesaikan tugas yang diberikan, ulangan pun dia tidak menyelesaikannya. Guru mengajinya pun bilang hal yang sama. Dulu guru TK anak saya juga bilang seperti itu, tugas yang diberikan tidak pernah diselesaikan, dia suka bermain-main di kelas sehingga tugasnya tidak selesai. Dulu saya abaikan keluhan guru TK nya ini karena saya anggap usia itu anak masih suka bermain di kelas, tetapi saya risau sekarang karena guru SD nya pun bilang seperti itu. Padahal sebenarnya dia bisa mengerjakan tugas itu. Apakah anak saya bermasalah?

    Terima kasih sebelumnya.

  19. Pada artikel tentang penyebab rendah diri pada seorang anak adalah salah satunya pola asuh dari orangtua. Bagaimana cara mengatasi rendah diri anak terutama jika untuk anak usia 5-10 tahun? Terkadang saya selaku orangtua merasa sedikit bingung bagaimana cara mendisiplinkan anak saya yang seusia itu, seperti menyeimbangkan antara pujian, hukuman, dan hadiah. Bagaimana cara yang tepat untuk menyeimbangkan itu semua?

  20. Setelah membaca artikel ini, saya merasa belum bisa menjadi orangtua yang baik untuk anak-anak saya, padahal saya seorang guru. Karena semua kriteria diatas mengenai emosi anak dan penyebab nilai anak yang jelek ada pada saya. Sekarang pendekatan seperti apa yang sangat jitu untuk memperbaiki semua keadaan saya ingin memperbaiki hubungan dengan anak-anak saya dari awal?

    Terima kasih sebelumnya

    • Anda orangtua yang hebat, anda sadar bahwa perubahan perlu dimulai dan itu dari anda. Anda perlu mengubah persepsi anda tentang anak anda, untuk mengubah persepsi anda maka perlu membuka pikiran dan mau belajar. Langkah awal setelah persepsi adalah meminta maaf dan jalinlah komunikasi yang baik, komunikasi bukan hanya bicara atau saling bicara, inti komunikasi 80% adalah mendengar. Dengarkan “uneg-uneg” anak anda, kemukakan harapan anda dengan jujur terhadap anak dan sampaikan dengan hormat kepada anak. Dan ingat teruslah belajar mengembangkan kemampuan untuk “mengantar anak” ke cita-citanya.

  21. Terima kasih atas informasinya yang sangat membantu.
    Memang nilai seharusnya bukan segala-galanya, tetapi tuntutan jaman sekarang harus nilai UNAS yang bagus agar bisa diterima di sekolah favorit.

    Seharusnya pendidikan karakter perlu diterapkan sejak SD, sehingga anak-anak dapat mempunyai cita-cita dan harapan untuk mengejar cita-citanya, bukan karena dorongan guru ataupun tuntutan orangtua agar masuk disekolah favorit. Tetapi si anak mau belajar dan meraih sukses karena ingin mengejar impian dan cita-2nya.

  22. Anak pertama saya pernah mengalami hal tersebut diatas dan akhirnya tidak naik kelas karena nilainya kurang untuk naik ke kelas 6. Setelah kami amati ternyata guru yang tegas sangat berpengaruh pada pendidikannya. Dikelas yang baru ia mendapat guru yang tegas dan mendapat guru les yang tegas pula sehingga nilai ulangannya membaik dan akhirnya naik ke kelas 6 dengan ranking 20 dari 40 anak. Kami tidak menargetkan anak untuk bisa mencapai ranking teratas, tetapi kami selalu menekankan bahwa kalau kamu bisa kenapa tidak kamu berusaha untuk mencapainya.

  23. Saya ibu dari 2 anak laki-laki dengan perbedaan umur 10 tahun, si sulung 14 tahun dan si bungsu 4 tahun. Karena jarak yang jauh itu si sulung sangat selfish. Rasa memiliki adik tidak ada sama sekali, 4 tahun kami memberi pengertian si sulung, tetapi nggak ada hasil. Apa yang harus saya lakukan agar si sulung mengerti posisinya sebagai kakak yang perhatiannnya sangat dibutuhkan adiknya? Mengingat kami kan tidak selamanya bersamanya?
    Terima kasih

    • Ada banyak faktor pemicu tidak akrabnya sepasang saudara. Bisa karena pola asuh yang salah, dan lain halnya. Saran kami ada baiknya tanyakan langsung kepada si sulung kenapa berlaku seperti itu, apa karena tersaingi oleh adiknya atau apa. Ciptakan komunikasi yang nyaman dan terbuka, ada baiknya orangtua dahulu yang membuka diri dengan menceritakan kisahnya pada anaknya.

  24. Terlebih dahulu saya mengucapkan terima kasih, saya mempunyai anak laki-laki yang sekarang berumur 6 tahun kelas 1 SD. Dari pantauan saya mendidik dia selama ini, saya punya kesimpulan ia mempunyai kecerdasan yang baik. Yang mau saya tanyakan kenapa anak saya cepat bosan kalau belajar? Padahal dia kalau diajarkan cepat mencerna pelajaran tersebut, contohnya belajar iqrak itu cepat dapatnya tetapi dia malas dan bosan untuk mengulangnya.

    Bagaimana caranya supaya saya bisa mengajarnya biar dia tidak cepat bosan?
    Terima kasih

  25. Tolong saran dan masukannya, saya suka kesulitan kalau menyuruh anak saya untuk belajar, dia mau belajar kalau ada PR saja. Bagaimana caranya agar anak saya giat belajar dan apa yang harus saya lakukan agar dia senang baca buku dan mau disiplin

    Terima kasih

  26. Saya ibu single parent, anak saya perempuan berusia 4 tahun. Anak saya rada perasa walaupun agak bandel, mungkin karena baru saya perbolehkan main keluar rumah saat masuk TK A. Saya didik disiplin nggak keras tetapi lumayanlah. Anaknya nurut, alhamdulillah karena sekolah mengajarkan yang sama.

    Masalah saya dari pihak mantan suami suka diam-diam mengajarkan dia untuk melawan saya, baik langsung atau tidak langsung. Saya tidak suruh dia mengadu tetapi anak ini bertanya karena bingung, kenapa mommy atau guru bilang tidak boleh, tetapi papi bahkan oma(mertua) bilang boleh. Saya tahu ini salah, tetapi susah juga bolak-balik bilang ke papinya, yang ada malah berantem bahkan papinya mau ribut didepan anaknya yang justru saya hindari. Yang selama ini saya lakukan kalau mau tidur saya ajak ngobrol sebelum berdoa, bercerita tentang dosa anak-anak nakal serta akibatnya.

    Apakah benar yang saya lakukan ini? Apakah ada saran lain?
    Terima kasih

    • Yang anda lakukan sudah tepat, bahkan berdoalah untuk mantan pasangan anda juga, doa yang tulus tentunya. Tetap bimbing anak anda dengan perihal yang baik selalu dan konsisten dengan apa yang dilakukan di sekolah. Dan berikan contoh, contoh lebih kuat dari pada informasi.

  27. Saya kesulitan dengan putra kembar saya dalam hal menerapkan kedisiplinan, baik dalam hal belajar, bermain atau pembagian tugas di rumah dan juga pemberian reward and punishment. Ketika yang satu sudah bisa melaksanakannya tetapi ketika dia melihat yang satunya lagi masih belum bisa, akhirnya dia pun kembali tidak disiplin padahal sudah diberi reward, sebaiknya pendekatan yang seperti apa untuk keduanya?

    Lucunya mereka saling menganggap kalau saya lebih sayang kepada salah satu dari mereka.
    Terima kasih sebelumnya

    • Saya tidak tahu kenapa kali ini nilai testingnya anak saya sangat parah banget, ketika saya suruh mengulang lembar testing di rumah saya sangat shock banget jawabanya kok bisa pada bener, sedangkan ketika di sekolahan?? Jadi seolah-olah dia itu seperti ragu untuk menjawabnya. Nah soal Matematika juga sekarang parah banget banget (entah kenapa dan dimana masalahnya) ketika saya suruh dia menjawab 12+12 jawabnya 24, tetapi giliran saya balik 24-12 di merasa kebingungan. Dia tidak bisa membedakan (+) dan (-). Kalau perkalian masih bisa dibilang ok lah. Sangat sedih ketika tahu nilai anak hancur, tetapi tidak sanggup untuk memarahinya karena dengan memarahi dia bisa saja membuat dia tambah drop. Adakah solusi supaya dia bisa mengingat apa yang diajarkan? Terima kasih.

    • Mungkin anak anda cemas dan takut, tidak dalam kondisi yang baik saat mengerjakan ujian. Bayangkan jika anda mengerjakan ujian dengan rasa cemas menahan rasa ingin buang air kecil, tidak nyaman bukan. Atau bisa juga anak anda terburu buru dan tidak teliti karena terpengaruh lingkungan karena ada teman yang sudah selesai. Anda sebaiknya gali hal yang bersifat emosi, apa yang dirasakan saat mengerjakan ujian di sekolah, apa yang membedakan saat mengerjakan di rumah.

Comments are closed.